Senin, 05 Juni 2017

for memories (part 1)



Monday, 05 june 2017
22:06

“Tidak perlu ditemukan, dia lebih mirip sekuntum bunga, kupu-kupu yang akan menemukannya.
Tidak perlu dicari, Dia lebih mirip seperti sungai yang sejuk, mengalir dengan sendirinya.
Dia jelas tidak berisik, dia lebih mirip pagi berkabut. Hening, khidmat dan menenangkan.” – cinta, tere liye

Assalamu’alaikum,
Selamat malam, malam..
Entah apa yang membawa tanganku kembali pada sebuah tulisan lagi,
Iya, lagi. Setelah sekian lama aku menuliskan sebuah cerita tentang seseorang, lalu kemudian menghapus semua tulisan itu dengan tangan yang menuliskannya sendiri.
Aku pernah berpikir bahwa aku mungkin tak akan pernah lagi menuliskan sesuatu, bahkan satu hurufpun demi seseorang.
Tak akan pernah mengenang satu cerita pun lagi dengan seseorang,
Tapi waktu membunuh pikiranku. Waktu membawa ku menemukan seseorang (spesial), lagi.
Waktu menuntunku pada banyak hal sebelum ini.
Menuntunku mencintai beberapa orang lalu kemudian mengecewakan.
Mencintai orang yang terlihat mencintai dan rela berkorban demi apapun, lalu dikecewakan.
Iya, waktu menuntunku bertemu banyak hal, melewati banyak hal.
Melewati apa yang kusebut penyesalan, hingga rasanya ingin meminta ma’af atas segala cinta atau rasa yang sempat tak terbalas.
Melewati apa yang ku sebut sakit, hingga rasanya aku berpikir cinta itu hanya kebohongan. Pengorbanan yang sia-sia, harapan yang diletakkan didalamnya lalu dihancurkan begitu saja.
Waktu menuntunku pada hal yang tak lagi dapat kembali meski dengan 1000 ma’af yang diucapkan lebih dari 1000 hari. Menuntunku bahwa penantian yang panjang tidak dapat membuat hal yang sama kembali dengan sangat mudah.
Sampai akhirnya, semua waktu yang aku lewati berlalu dan berlalu begitu saja.
Mempertemukanku pada beberapa orang baru setelah sebelumnya aku pernah memutuskan untuk tak lagi jatuh hati pada seorangpun, lalu kemudian perlahan menerima keadaan dan membuka hati dengan harapan pergi dari apa yang pernah terjadi.
Beberapa orang baru keluar, masuk dalam kehidupanku.
Beberapa orang baru mengenaliku dengan caranya, lalu melupakanku setelah aku tak dapat membalas harapan mereka.
Atau mungkin, aku yang tak sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Sampai akhirnya aku kembali memutuskan “persetan” dengan hati.
Waktu terus berlalu, seolah tak peduli dengan apa yang aku inginkan.
Aku menjalani kehidupanku dengan normal, menikmati kesendirianku dengan rasa yang benar-benar bebas.
Bebas, tapi kosong.
Tak ada lagi yang begitu, bahkan terlalu peduli seperti biasanya.
Tak ada lagi yang sangat berharap kabar dan keadaanku setiap saat selain orangtua.
Tak ada lagi yang seolah mati matian berkorban demi menuruti apa yang sedang aku inginkan.
Tak ada teman bertengkar atau berselisih pendapat, memarahiku kalau aku bertindak bodoh dan acapkali menyakiti diriku sendiri.
Tapi aku bahagia, setidaknya tidak ada lagi yang seolah mati matian memperjuangkanku tapi dalam keadaan berbohong.
Waktu yang berlalu sebelum ini memang membawaku pada banyak sekali hal yang tak dapat aku gambarkan satu persatu bahagia ataupun sakitnya.
Tapi semua hanya bagian dari sesuatu yang berlalu.
Kini aku seolah mengambil apa yang sudah ku buang. Aku pernah membuang semua perasaan atau pikiranku mengenai jatuh hati lagi, membuang semua hal yang berkaitan dengan harapan dan membuang keinginanku untuk diperjuangkan.
Iya, ternyata aku telah kembali menjatuhkan hatiku pada seseorang.
Seseorang yang telah lama kulihat, namun belum lama aku kenal saat itu.
Jujur saja, akupun tak pernah benar benar tau apa yang membawaku jatuh hati saat itu.
Dia dingin, jauh berbeda dengan laki laki lain, cenderung bodoh dalam memulai percakapan dan selfthinker.
Iya, aku juga paham, jatuh hati tak semudah itu.
Ada banyak sekali proses yang kami lewati meski hanya dalam waktu yang singkat.
Proses itulah yang membawaku pada sebuah tulisanku saat ini,
Proses yang membawaku padanya hingga saat ini,
Proses yang benar benar tak harus aku lupakan sama sekali,
Proses yang membawanya memperjuangkanku demi apapun saat ini, hingga saat ini.
                                                                                                Tuesday
00.11

( to be continued...)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar