Jumat, 15 Desember 2017

Aku Ingin...



Friday, 15 December 2017
22.31

Aku Ingin……

Aku ingin kau memelukku 
Seperti kau memeluk rindu
Tak mau lepas
Tak mau tuntas
Aku ingin kau melihatku
Seperti aku melihat senyummu 
Tenggelam dalam bayang
Terbenam menjadi kenang
Aku ingin..
Kau mencintaiku,
Seperti ku mencintaimu….
(katakusam)


Salam rindu, aku yang selalu menunggumu….
Jambi 15 december, 2017
22.46


Rabu, 06 September 2017

First ( For memories part 3 )



Monday, 04 September 2017
23:48

"Doesn’t need to be perfect, it just to be true…"


Assalamu’alaikum, 

Selamat malam, kamu yang sudah tertidur pulas saat aku memulai tulisan ini..

Terimakasih telah hadir, terimakasih telah bersabar menunggu tulisanku selanjutnya dan memilih tidak membaca ulang tulisanku sebelumnya. Agak sakit katanya..

But at least, aku suka gaya cemburumu yang begitu menyebalkan.

Back to the stories..


Flashback march, 2017


“Assalamu’alaikum kang, balikin jaketnya senin yaa. Ma’af telat. Hehe”

“wa’alaikum salam teh, iya gapapa”..

Sampai sekarang, dan mungkin sampai seterusnya, aku selalu menjadi orang yang tersenyum ketika mengingat beberapa hal yang menghantarkan kita untuk lebih dekat.

Jaket biru gelap, dan raut muka terpaksamu saat meminjamkanku. Kau menjadi laki laki yang menyebalkan pada akhir malam yang kulalui beberapa malam sebelum itu.

Harus ku akui, aku berterimakasih pada waktu. Pada hal yang mengahantarkanku untuk terhubung denganmu.

Kita lebih dekat setelah malam itu.

Lebih sering bertanya pasal kabar, bertanya pasal banyak hal, dan kau lebih sering mengejekku tanpa melihat rupamu itu.

Kau memang menyebalkan. 

Maksudku, sedikit menyenangkan.

Tak satu hal pun yang aku harapkan dari kedekatan kita saat itu, kecuali sebuah pertemanan. 

Aku dengan sikapku, dan aku juga yakin, kau dengan sikapmu. 

Tak ada yang berbeda, tak ada yang berubah.

Sikapmu yang terlalu suka bertanya, dan sikapku yang terlalu suka bercanda.

Kita masih dengan cara kita masing masing, hanya saja kita belum sama sama memahami banyak hal, sehingga beberapa hal terlihat asing.

Seperti aku yang acapkali mengucapkan pergantian hari tepat dipukul 00.00 misalnya.

Ini tentu asing bagimu,

Sama asingnya dengan keanehanmu yang acapkali suka mengejekku hampir disetiap hal meski kita baru saja saling kenal.

Sekali lagi, kau memang menyebalkan atas banyak hal.

Meski demikian, aku tidak pernah bosan untuk kau ejek, dan aku juga tidak pernah bosan menghadapi caramu bertahan dengan ocehanku.

Entah aku yang sedang perasa, atau memang kau yang berusaha untuk selalu ada. 

Aku tak berani menerka..


March, 19 at balairung Universitas Jambi

“kang, dimana? Arya udah dibalairung nih. Udah mau mulai acaranya. Arya mau balikin jaket, jam 10.00 arya ada ujian”

“bentar teh, baru mau otw”

Saat itu ada petemuan mahasiswa bidikmisi 2015, dan aku menunggumu disana. Berharap kau datang sebelum aku pergi.

Ternyata memang benar, aku tak bertemu denganmu hingga saat waktuku untuk ujian hampir tiba.

Bukan kecewa tepatnya untuk hal sesepele ini, hanya saja ada yang mengganjal karna kita gagal untuk bertemu saat itu.

Jika benar kita bertemu, ini bukanlah pertemuan pertama untuk kita.

Tapi  tetap saja..

“kang, arya mau berangkat kekelas dulu. Nanti aja kalo masih sempet abis ujian”

“tadi akang liat teteh dibalairung, sombong bener. Diliatin lewat tapi nggak ngeliat balik”

“seriusan kang? Arya ga kelihatan. Keburu mau ujian juga soalnya.”

“yaudah teh, nanti aja habis ujian”

“oke kang, ujian dulu yaa. Jaketnya dibikin pelindung buat contekan. Wkwkkwkw”

12.15 PM

“teh, gak kebalairung? Makan makan nih”

“iya kang. Duluan aja. Ini baru mau kelar ujiannya”

13.20 PM

“Kang dimana? Arya dah keluar kelas nih ”

“iya bentar teh. Ketemuan di balairung aja tempat latihan. Sekalian akang mau pinjemin sabuk putihnya. Akang masih disungai duren”

13:40 PM

“teh akang udah ditempat latihan”

“oke kang, tunggu sana”
Akhirnya..

Kita bertemu kembali.

Tak ada yang spesial sebenarnya, hanya aku yang terlalu sumringah.

Aku berjalan menyusulmu sembari membawa kantong plastik putih berisikan jaket biru gelap yang kau pinjamkan tempo minggu lalu.

Kau tersenyum menatapku dari kejauhan, aku berjalan mendekatimu secara perlahan.

Seolah orang yang sudah lama terpisah, lalu bertemu dengan memberikan senyuman sumringah.

Aku mengembalikan jaketmu seraya mengucapkan terimakasih karna dengan jaket itu, dinginnya angin malam gagal memiliki ku malam itu.

Kau meminjamkanku sabuk putih yang telah kau tawarkan beberapa waktu lalu.

“makasih kang..”

“ parah banget jaketnya dijadiin tempat nyontek”

“hahaha, enggak kok. Bercanda doang.”

“iya tau. Nih, sabuknya”

“ini sabuknya dipulangin waktu arya habis naik kurata ya kang ( naik sabuk)”

“iya teh gapapa pakek aja. Eh bisa makeknya?”

“gabisalah”

“sini dicontohin, jadi ini kesini, gini, gini……. Coba”

“ga bisa kang, nanti aja disatlat belajar sama teteh teteh lain. Makasih ya kang”

“iya teh, ayo bareng kalo mau ketempat temennya tadi”

“gausah kang, jalan aja. Itu kelihatan. Akang hati hati pulangnya”

“iya teh, akang duluan kalo gitu”

“iya kang, makasih ya”

Out of expectation..

Apa yang terjadi lebih dari hal yang aku bayangkan sebelumnya.

Terlalu banyak yang ingin aku gambarkan saat itu.

Semua mengungkapkan kebahagiaan,

Setelah hari itu aku sadar, mengenalmu yang suka mengejekku atas banyak hal bukanlah hal yang terlalu buruk.

Kau terlalu baik bahkan, meski pada saat saat tertentu.

Tapi terimakasih..


March, 20 ( 00.00 )

“selamat ulang tahun kang…”

Aku mengirimkan sebuah ucapan berupa voicenote padamu.

Untuk pertama kalinya aku mengucapkan ulang hari ulang tahun sespesial itu pada orang yang belum seminggu aku kenal.

Aku benar benar tidak tau apa yang aku pikirkan saat itu,

Hanya saja ada kebahagiaan tersendiri saat aku berhasil memberi ucapan padamu tepat waktu.

Aku menunggu saat saat itu, tentu.

Menunggu tepat pada pergantian hari, pergantian tanggal, merekam suara, mengirimkan beberapa kata ucapan dan berharap kau bahagia atas segalanya.

Untuk pertama kalinya, aku rela bodoh demi dirimu.

Tak apa, aku menyukai semuanya.

Aku mengucapkan beberapa kata yang mungkin menjadi bahan tertawamu saat ini.

Suaraku yang berbisik dan kehabisan nafas saat meemberikan ucapan, sampai kata kata yang ada dalam ucapan itu.

Aku sempat melarangmu untuk menyimpannya karna aku malu, aku lupa bahwa itu hakmu dan hanya permintaanku yang tak kau gubris sampai saat ini.

Dokumentasi katamu.


September 05, 2017


Tepat saat ini, aku kembali menuliskan tentangmu, tentang kita.

Aku hanya ingin kau tau, betapa lucunya kita untuk diingat.

Aku tak pernah lupa atas banyak hal yang menyangkut tentangmu, kita.

Bahkan sampai saat ini aku masih tak percaya,

Cara sederhanamu mampu memunculkan tawa,

Mampu membuatku merasa kehilangan.

Cara sederhanamu mampu menyembuhkan bekas luka, mengembalikan rasa percaya.

Sampai saat ini, aku masih takjub dengan seluruh kekurangamu yang aku jadikan kelebihan bagiku dan aku kagumi selalu.

Terlalu banyak hal yang ingin aku gambarkan tentangmu.

Tapi perjalanan kita masih panjang,

Masih sangat banyak waktu untukku menuliskan banyak hal tentangmu, tentang kita.

Sejuh ini, aku hanya ingin semua orang tau, bahwa memilikimu aku aman.

Memilikimu aku punya tujuan, aku bersyukur pada tuhan.

Terimakasih telah hadir.

Semoga selalu berada disisi hingga akhir..

(With love, arya dilla sari)

To be continue…..


Tuesday, 05 sept 2017
23.47

Minggu, 20 Agustus 2017

Terimakasih....




Sunday, 30 july 2017
23.00

Bertahan denganmu adalah kebodohan yang harusnya aku sesali dari dulu......

Assalamu’alaikum
Selamat malam, rasa sakit yang masih membekas..



Flashback 2013-2014

“ aku hanya bertahan dan rela ngelakuin semuanya buat kamu! Tolong jangan tinggalin aku “

Tidak ada yang bahagia dengan sebuah perpisahan, begitupun aku.

Tidak ada yang bahagia dengan sakit setelah dibahagiakan dengan bertubi tubi, ‘pun itu aku.

Aku hanya bisa mencintaimu sesederhana apa yang pernah kau beri.

Mencintaimu dengan segala perjuangan yang ternyata kau ujungkan dengan perih.
Aku ingat, tentu saja aku ingat.

Kesabaranmu menghadapiku.

Caramu membahagiakanku.

Kekhawatiranmu terhadap susahku, segala sakitku.

Sampai kalimat yang kau sebut takut kehilanganku.

Dulu, kau satu satunya orang lain yang kupercaya untuk menjaga rasaku, satu satunya orang yang kujaga hatinya agar tak merasakan sakit meski akulah yang acapkali berkata kasar padamu.

Sampai sekarang, akupun masih tidak mengerti satu alasanpun yang membuatmu bertahan pada gadis manja dan labil sepertiku.

Dulu, kau satu satunya orang yang selalu mengikuti semua kata-kataku, berusaha membahagiakanku dan memberikan yang terbaik untukku.

Kau melarangku atas banyak hal. Olahraga terlalu keras, berlatih beladiri, selalu bermain handphone saat ada tugas dan tidur larut malam di hari sekolah.

Dulu, aku adalah orang yang paling bersyukur memilikimu.

Kau menjagaku, menjaga senyumku, bahagiaku, sampai bertahan denganmu bukanlah hal yang berat untuk kujalani.

Tapi kau tau saat ini?

Bercerita tentangmu membuatku muak.

Mengingatmu hanya membuka sobekan luka yang masih basah.

aku jadi benci semua hal tentangmu.

Aku benci laranganmu.

Aku benci kepedulianmu

Aku bahkan hampir membenci semua yang ada pada dirimu sepenuhnya.

Aku memang tega, tentu saja aku tega.

Setega dirimu yang membuatku luka dalam keadaan baik baik saja.

Setega dirimu yang membuatku luka saat aku sedang ingin tertawa.

Setega dirimu yang membohongiku 11 bulan lamanya.

Kau satu satunya orang yang membuatku menangis saat aku sedang bahagia.

Kadang aku berpikir, mengapa begitu mudah?

Lalu, untuk apa berbahagia denganku bila akhirnya berujung luka?

Untuk apa tawa lepasmu, untuk apa perjuanganmu, untuk apa seolah melindungiku, mengkhawatirkan diriku, bahkan untuk apa kau seolah benar benar mencintaiku?

Aku tidak mengerti, benar benar tidak mengerti. Permainanmu terlalu halus untuk pemeran amatir sepertiku.

Tapi sudahlah, terlalu banyak sesuatu yang berujung pada sesak jika mengingatmu.

Terimakasih untuk caramu menjagaku selama ini. untuk rasa hormatmu, kasih sayangmu, perjuanganmu yang kuakui betul bagaimana hebatnya.

Terimakasih sudah mengikuti arusku sampai kau arahkan aku ketempat yang begitu banyak batu tajam. Kau tentu berhasil membuatku luka secara dalam. Apa yang lebih sulit dari merasakan sakit tapi kau tak tau dimana letaknya?.

Apa yang mampu aku ucapkan selain kata “terimakasih’ saat ini?

Sekali lagi,

Terimakasih telah menjemputku pulang sekolah, telah mengkhawatirkanku setiap saat. Rela bolos kuliah hanya untuk mengantarkanku saat pramuka, PMR, atau semacamnya.

Terimakasih sudah menjadi orang yang paling takut kalau aku kelaparan dan belum pulang waktu sekolah, terimakasih atas semua malam yang selalu kau lewatkan bersamaku dari jauh, tanpa jeda. Bahkan spasi.

Terimakasih atas kebahagiaan yang tak pernah kubuat sebagai tujuan, dan kau balas dengan sesuatu yang mengagumkan, kebohongan.

Aku ini bukan wanita yang kuat untukmu, bukan wanita yang sanggup membiarkanmu dengan wanita lain saat bersamaku. 

Aku tak sebaik mereka yang kasih sayangnya dibagi, yang diberi alibi bahwa sayangmu hanya untuk salah satu dari kami. Kalaupun benar adanya, biarlah semua untuk “dia”.Bukankah ada alasan besar yang membuatmu masih mempertahankannya?

Namun pada akhirnya kau memang berhasil membuatku menjadi lebih baik.

Kau berhasil membuatku menjadi wanita yang lebih bersyukur, karna tuhan menyadarkanku lebih dahulu, sebelum semuanya terlalu jauh. Kau pasti tau, melepaskan tidak semudah itu.

Aku pernah begitu kuat bertahan dalam setiap ketakutanmu. 

Aku pernah begitu bersabar menenangkan rasa cemasmu. Kau yang tak yakin akan kita, sementara bertahan sebab aku terlalu keras membuktikan cinta.

Kau nyatanya memang tak sepenuh hati. Punah sudah semua yang ku anggap termiliki. Kita benar benar didera luka tak terkira. Robek dalam dada meski pada kulit terlihat mulus saja.

Kau menghabisi nafas yang kubangun atas rasa percaya. Kau menguliti semua yang kuanggap bahagia.

Luluh dan jatuh berkali kali menghantam kita. Hingga tak satupun yang terselamatkan lagi atas segala pedih yang tersisa. Kau lebih tenang saat jauh.

Biarlah aku pulih sendiri. Kutata hati dan tak akan kupaksa memilikimu lagi. 

Dari sini, disudut luka yang kau tusukkan dalam; kurapal do’a semoga kau tetap bahagia, untuk hati siapapun tempatmu berdiam.




After the past, I was fine.
2016,2017, and always…


Tepat saat ini, semua hal tentangmu hanyalah bagian dari masalalu.

Bagian dari penghantar cerita bahagiaku yang baru.

Tepat saat ini, kutegaskan aku sudah benar benar bahagia.

Jangan khawatir dan mengkhawatirkanku. Aku sudah baik baik saja.

Jangan menjagaku, karna orang yang lebih baik darimu telah menjagaku.

Jangan takut aku sakit, karna orang yang lebih baik darimu sangat menyayangiku dan tak pernah menyakitiku. ‘pun hanya berkata kasar.

Jangan takut aku menangis, karna orang yang lebih baik darimu telah menghapus segala air mataku, ia telah meminjamkan pundak dan waktunya untuk menenangkanku.

Jangan terlalu takut aku tidak aman, karna orang yang lebih baik darimu sudah benar benar menjagaku, ia bahkan mungkin takkan membiarkanku terluka. ‘pun hanya mengeluh karna digigit oleh seekor semut.

Jangan takut aku kesepian, karna orang yang lebih baik darimu selalu menemaniku setiap saat dan memberikan waktu malam nya selalu untukku. Bercerita, bertingkah konyol, menyanyikan beberapa lagu, membujukku saat aku manja,  dan menemaniku sampai aku tertidur pulas, meski masih dari jauh.

Jangan takut aku dalam bahaya, karna ia akan selalu membelaku dalam keadaan apapun, mengkhawatirkan kabarku selalu dan menungguku sampai saat aku dalam perjalanan.

Jangan cemaskan aku, karna orang yang datang saat ini sudah lebih sanggup untuk menggantikanmu. 

Sekali lagi jangan cemaskan aku.

Ia menjagaku, mencintaiku dan akan memperjuangkanku lebih darimu.

Aku percaya padanya, dan kau juga harus……

Aku hanya ingin kau mengerti, saat kau membaca ini, aku sudah menghapus banyak hal tentangmu, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang bernama hati.

Sekali lagi terimakasih sudah mengajariku banyak hal, aku bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang. Dan aku akan menjaganya seperti ia menjagaku….

Aku akan menemaninya sampai ia dititik siapnya nanti. Aku sudah tak berharap banyak kecuali kebahagiaannya dengan siapapun itu. Karna setidaknya, ia sudah memberikanku cinta yang tulus sampai meraih seluruh kepercayaanku agar berada ditangannya.

Percayalah, aku bahagia saat ini.

Dan kau juga harus begitu…

Monday, 20 august 2017
23.05